Let us find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart ~

Rabu, 14 Februari 2018

Wanita Seperti Aku


Wanita Seperti Aku

Wanita seperti aku
Yang tetap bertahan dengan hati yang sedemikian hancurnya.
Sungguh, ia ingin pergi. Jauh sekali
Tapi kasihnya terhadap seseorang, tetap akan terbawa.
Tidak sekali.
Memaafkan, dan diulangi. Lagi
Berirtahu aku caranya pergi, dan berhenti
Atau beritahu aku caranya bertahan, tanpa harus sakit hati.
Wanita seperti aku
Percaya pada dusta yang berulang kali
Berulang kali, dan aku masih percaya
Tolong aku
Biar pergi saja dengan luka yang cukup segini
Aku, sepertinya hanya ditakdirkan bermimpi
Kenyataannya, pahit lagi-pahit lagi.
Wanita seperti aku
Aku benci
Wanita seperti aku.

Senin, 06 Maret 2017

Aku Terlalu Lelah Menulis: Sebuah Puisi Bukan untuk Siapa-siapa

[Puisi ini ditulis oleh seorang wanita muda yang terlalu bosan menangis, tapi belum juga bisa berhenti menangis. Terlalu akrab dengan sepi. Terlalu banyak ‘merasa’ meski sudah berusaha lebih banyak ‘berpikir’, kemudian melupakan.Tapi susah *halah :p]

Aku terlalu lelah menulis
Aku hanya ingin bercerita kepadamu tentang seorang
 anak kecil bermata bening dan bulat yang menciumku berkali-kali lalu memelukku
dari belakang. Ia naik ke punggungku dan aku keberatan. Aku
sangat bahagia kala itu. Kupeluk ia lebih erat daripada ia memelukku, kucubit
pipinya yang kenyal dan kuelus matanya yang besar. Aku bahagia
sekali. Sayangnya, ketika aku ingin menciumnya, ia keburu lari main robot
dan  lego bersama teman-temannya.
Aku terlalu lelah menulis
Aku hanya ingin berteman denganmu beramah
tamah lebih lama. Memberitahumu bahwa ada senja
di barat sana yang harus kita lihat bersama. Sambil
minum teh hangat dan menonton film komedi. Tertawa
sampai maghrib kemudian aku pulang. Nanti, di flashdiskmu, aku akan
kasih film lain yang harus kau tonton malamnya dan kau ceritakan
kepadaku besoknya.
Aku terlalu lelah menulis
Aku sudah sering melakukannya. Bahkan
 sebelum aku mengenalmu. Aku melakukannya
 dari aku masih SD. Jauh sebelum aku mengenal orang-orang
yang akhirnya aku ceritakan dalam tulisan-tulisanku. Aku
sudah melakukannya.
Aku terlalu lelah menulis
Udara terlalu dingin dan purnama yang hangat
terlalu jauh, di langit. Di sini, di tempat aku menulis, dingin
yang jahat menyelinap di balik selimut dan mendinginkan kakiku
yang telanjang. Sekali lagi, purnama yang hangat terlalu
 jauh. Dan aku bukan bintang, atau langit,
atau udara di sekitarnya yang bisa dengan nyaman
dipeluk olehnya.
Aku terlalu lelah menulis
Jariku sudah sangat hafal dengan huruf-huruf dan ia
membutuhkan lebih dari sekadar huruf
untuk dihafalkannya pula. Mungkin jemarimu. Ah, tidak. Kau terlalu sibuk.
Aku terlalu lelah menulis
Bahkan sekalipun aku menulis seribu lembar sekali duduk, aku tidak yakin
kau akan membacanya sampai selembar. Atau
sama sekali. Padahal banyak orang berkata
mereka merasakan emosiku tapi kamu tidak. Tidak akan.
Aku terlalu lelah menulis
Kertas dan pena atau apapun itu sudah tidak lagi sakti
untukku. Apa kau lupa, atau kau sepertinya tidak tahu kalau aku
adalah penikmat sunyi paling sakti. Aku menikmati sunyi yang ditawarkan oleh kertas kertas itu. Yang selalu diam, sebanyak
apapun aku menulis. Semakin banyak menulis,
semakin aku sadar bahwa mereka selalu sunyi. Selalu.
Aku terlalu lelah menulis
Aku terlalu lelah memberi tahu tanpa ada yang benar-benar tahu.
Aku terlalu lelah bertanya dan tidak ada satupun jawaban yang kudengar
Aku terlalu lelah merasa sesak dan berpura-pura bahagia.
Aku terlalu lelah menulis
Aku ingin membaca apa yang kau tulis.
Aku ingin istirahat dari sunyi yang memuakkan.
Aku terlalu lelah menulis.
A k u t e r l a l u l e l a h m e n u l i s
Bahkan kau tidak akan membacanya. Bahkan kau tidak akan
mengetahuinya. Bahkan kau tidak akan
memahaminya. Bahkan kau tidak akan memedulikannya. Selama ini begitu.
Aku terlalu lelah menulis
Hanya keinginan sederhana. Kau dengarkan ceritaku,
dan kau letakkan gadgetmu sejenak ketika ada aku. Toh, aku juga tidak seharian penuh disampingmu.
Aku terlalu lelah menulis
Menulis membuatku kesakitan mengingatmu 
dan orang-orang yang tidak aku kenal tapi berani mencuri waktuku
ketika aku disampingmu. Yang kau perhatikan perasaannya sementara
perasaanku patah.
Ah sudahlahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.
Aku terlalu lelah menulis
KAU YANG MENYEBABKANNYA. JADI, JANGAN MINTA AKU MENULIS LAGI!

Aku terlalu lelah menulis.

Sabtu, 21 Januari 2017

Tentang Saru, Diana, dan Snow White

            Bicara tentang film,sebenarnya  aku suka film drama yang ceritanya menyayat hati. Tentang cinta yang diperjuangkan, tentang kebahagiaan orang tua yang mati-matian diusahakan, atau tentang hewan keakungan yang dengan setia menunggu majikannya pulang. Tapi, karena lingkungan yang setiap hari aku datangi, aku sering menonton film tentang anak-anak, para pengejar mimpi, dan para usahawan yang dulu bukan siapa-siapa kemudian punya ribuan pekerja. Jadi film yang aku tonton random genrenya.
            Aku anti film horror. Soalnya, sekali aku nonton film, aku akan kebayang-bayang sampai beberapa waktu. Kalau nonton horror, aku takutnya diikutin hantu berhari-hari. Hiiii.. Aku juga nggak suka film komedi. Rasanya kurang greget kalau nonton film komedi. Tapi, bukan berarti aku nggak pernah nonton film komedi ya.. Aku nonton film komedi juga, tapi jarang-jarang. Lihat dulu siapa yang main.
            Hal pertama yang aku pertimbangkan untuk memutuskan menonton sebuah film adalah genre filmnya. Kalau drama, mellow drama apalagi, siapapun yang main aku pasti pingin lihat. Apalagi kalo film itu adaptasi dari novel. Kudu banget lihat.
            Tuh kan, aku keasyikan ngobrol ngalor ngidul. Hihi. Baiklah, aku akan memberitahumu 3 film yang berkesan buatku.
1.      Sanam Teri Kasam
Sanam teri kasam adalah film yang aku banget. Tentang kisah cinta yang diperjuangkan. Seseorang bernama Saru yang buruk rupa sehingga tidak ada seorangpun yang mau menikahinya meski sudah dijodohkan berkali-kali sementara adiknya mendesaknya segera menikah agar iapun bisa melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya membuat Saru meminta bantuan tetangganya yang cantik tapi ‘nakal’. Sayangnya, tetangganya itu tidak di rumah, justru seorang lelaki yang tinggal bersama tetangganya itu yang ada di rumah. Saru datang pada pukul 3 pagi dan membuat gempar seisi perumahan. Ayahnya yang menjunjung tinggi adat Timur merasa sangat malu dan sangat marah terhadap Saru dan kesalahpahaman yang ditimbulkan olehnya.
Karena kejadian itu, Saru dianggap mati olah Ayahnya. Ia tidak lagi diperbolehkan untuk tinggal di rumah. Melihat kejadian itu, Indeer sang pemuda tadi bersimpati dan menolong Saru mempercantik dirinya. Cerita antara mereka berdua pun dimulai. Indeer membantu Saru erebut hati lelaki lain, sembari memendam rasa cintanya kepada Saru. Hiks. Mulai nyesek banget ini ceritanya.
Saru akhirnya berencana menikah dengan pemuda itu tetapi di hari pernikahannya, pemuda itu membatalkan rencananya sehingga Saru kembali remuk hatinya. Saat itulah Indeer dengan setia mendampingi hari-hari sedih Saru. Hari berikutnya, Saru mulai jatuh sakit, sering sakit, sakit-sakitan.
Ternyata, Saru mengidap penyakit mematikan. Pokoknya, menonton film ini, airmata tidak henti-hentinya menetes. Mata juga akan dimanjakan dengan wajah Saru yang sangat cantik dan Indeer yang keren banget.
Buat para pecinta drama, film ini recommended banget.
2.      My Stupid Boss
My Stupid Boss ini adalah film komedi Indonesia yang tidak bisa aku lupakan sampai berhari-hari. Apalagi boss kumis lele kepala botak rambut selang-seling. Dan kata mutiaranya “Impossible we do, miracle we try”. Film ini asli kocak banget, berkisah tentang bossman yang punya perusahaan di Malaysia dan para karyawannya yang aneh semua. Sampai Diana datang, seorang Kerani y ang waras dan menjadi pahlawan bagi teman-temannya.
Saya tertarik menonton film ini karena ada Bunga Citra Lestari dan Reza Rahardian yang biasanya bermain sebagai orang yang saling mencintai, tapi difilm ini menjadi orang yang membenci. Ketika melihat dimenit-menit awal, aku udah suka sama logat melayunya. Ditambah orang-orang nggakjelas yang nggak cuma satu, tapi banyak. Haha
3.      Mirror Mirror
Menjadi cantik memang keinginan banyak wanita. Tidak terkecuali seorang Clementianna, seorang Ratu di kerajaan yang ditinggalkan oleh ayah Snow White. Clementianna adalah wanita tercantik di negeri itu. Sayangnya, kecantikan itu ditandingi oleh putri tirinya, Snow White. Ia menjadi sangat murka dan ingin menyingkirkan pesaingnya tersebut. Ia memerintahkan prajurit kepercayaannya untuk membunuh Snow White. Tapi prajurit itu tidak tega. Ia meninggalkan Snow White di hutan belantara dan menyuruhnya untuk berlari sejauh mungkin.
Setelah memperoleh laporan dari prajurit kepercayaannya itu, Clementiannapun merasa sangat bahagia karena tidak ada lagi yang bisa menandingi kecantikannya. Sayangnya, kegembiraannya itu dipatahkan oleh kaca ajaib. Kaca ajaib bilang, Snow White masih hidup dan tinggal dihutan bersama 7 kurcaci. Dan pembaca pasti tahu kelanjutan ceritanya seperti apa.
Hal yang menarik dari cerita ini adalah kostum yang digunakan bagusss banget. Juga cerita yang dikembangkan berbeda dengan yang ada di buku cerita. Kurcaci yang di mirror mirror adalah perompak. Selama snow white tinggal bersama mereka, mereka mengajarinya bermain pedang dan mendandaninya bak perompak. Akupun suka adegan saat Snow White berperang melawan Pangeran yang sebenarnya ia cintai.
That’s all. Ada yang samaan sama aku nggak nih?

Tangga yang Kau Bilang Kemarin Siang

Tema hari ini sudah aku tunggu-tunggu sejak hari pertama aku nulis 10 Days Writing Challenge KampusFiksi ini. Pertemuanku pertama kali dengan si dia.
            Sebelumnya, izinkan aku terlebih dahulu memperkenalkan dia kepadamu. Dia; seseorang yang akan aku ceritakan ini, adalah seorang pejuang, pemimpin dan pemimpi besar. Seseorang yang sedang dalam proses berdikari; menekuni hal-hal baik yang membuatnya bahagia. Untuknya –seseorang yang senantiasa berjuang agar aku bahagia--, aku ikut bahagia atas segala kebahagiaannya. Termasuk semua keputusannya –yang sama sekali tidak pernah aku intervensi, karena ada saja yang tanya sama aku tentang dia dan pilihan-pilihannya, kemudian berprasangka kepadaku.  Ampun.—Selama dia bahagia, aku juga.
            Dia adalah seseorang dengan pendirian yang tegas, tapi masih kalah tegas dengan airmataku. :p Yang sering mendebat apa yang aku katakan, dan tiba-tiba menghubungkannya dengan keniscayaan. Seseorang yang menghargai masakanku apapun rasanya. Dia pernah makan sayur asam yang kuahnya terlampau pekat dan rasanya absurd bukan main. Memaklumi kurangku, meski dengan petuah-petuah bijaksananya, kadang melebihi petuah seseorang yang pernah melewati ratusan tahun hidupnya. Dia adalah ketidaksempurnaan yang menyempurnakan dan kekurangan yang sempurna melengkapi. Duuuuh. *jangan sampai dia baca kalimat iniiii*
            Okay, karena aku suka berbagi rahasia, akan kuberitahu kau lagi, sesuatu yang membuatnya malu jika dia membacanya. Pertemuan pertama kami.
            Aku berharap, ada rintik hujan dan payung merah, lalu aku berjalan tenang di jalan kecil di taman penuh dengan bunga anyelir, kemudian ada angin kencang menerbangkan payungku.  Payungku terlepas dari genggamanku, terbang mengikuti perintah angin, dan jatuh di belakang seseorang. Cepat-cepat aku berlari menghampiri payung itu dan mendapati seorang pemuda berjongkok di baliknya, tanpa aku bisa melihat wajahnya. Hendak mengambil payungku. Celana dan bajunya kuyup. Tapi, ketika kulihat senyumnya, aku seperti melihat pelangi. Mungkin karenanya hatiku tiba-tiba menjadi sehangat matahari. Ia berjalan ke arahku yang memaku. Aku seperti melihat sayap di kanan-kiri lengannya. Langkahnya gagah, hendak mengembalikan payung merah kepadaku, sekaligus memayungiku. Sayangnya ia terpeleset dan semua yang kuceritakan adalah pertemuan pertama yang aku khayalkan.
            Aku berharap pula, ada senja yang awet, yang menahanku melamun tentang apapun, yang memayungi langkahku kemanapun. Kemudian, di belokan pulang dari perpustakaan, aku menjatuhkan buku-buku yang kupegang. Menabrak seseorang. Kami seperti berebutan mengambil buku yang berjatuhan. Saling acuh, lalu sepasang mata kami bertemu, sepersekian detik yang berlipat menjadi lama. Pandangan pertama yang awet yang membuat kami kemudian memutuskan untuk berjalan pulang bersama. Ia membawakan  bukuku. Kami baru bertemu tetapi seperti sudah kenal lama. Ajaib kan. Dan dari obrolan singkat kami di sepanjang jalan, kami menemukan banyak kesamaan di antara kami; sama-sama suka buku, menulis, puisi, dan senja tentunya. Di senja yang aku cinta, aku menemukan seseorang yang kujatuhi hati. Sepertinya akan menjadi senja yang paling indah. Sayangnya, lagi-lagi itu cuma khayalan seorang pecinta drama korea seprti aku. Hihi.
            Daripada terus berkhayal tentang pertemuan pertama dengan si dia yang romantis tapi nyatanya tidak, siang ini, sengaja kukirim pesan padanya, sebuah pertanyaan tentang kapan pertama kali kita bertemu. Dan dia menjawab di tangga. –Kadang aku butuh maklum atas jawabannya yang walaupun bisa dimengerti tetapi tidak nyambung. Aku bertanya kapan tapi dia jawab di- --.
            Lalu aku mengingatnya. Akan kuceritakan betapa dia sangat ‘lugu’ ketika aku pertama kali melihatnya. Di tangga itu, sepertinya 4 tahun yang lalu, di saat yang aku lupa hari dan tanggalnya, dengan perantara seorang teman yang kami kenal, dan teman itu tidak tahu kalau kami sudah saling mengenal, kami dikenalkan. Sebelumnya, kami memang sudah pernah bertemu. Di sosial media. Yang aku lupa kapan ku terima permintaan pertemanannya. Aku tidak terlalu menghiraukannya. Aku hanya tahu dia kakak tingkatku di kampus, beda jurusan. Sudah.
            Dan –yang saya sesali sekarang—aku lupa merekam dengan benar wajahnya kala itu. Aku hanya ingat wajahnya yang datar. Mirip seperti sekarang. Dan, sebuah senyum malu-malu yang aku sudah jarang temukan. Dia kikuk. Kaku. Dan bicara seperlunya. Atau cenderung diam tidak bicara? Ah, aku lupa,lagi. Tidak ada perasaan apapun. Hanya sebuah perkenalan biasa yang kemudian aku lupakan. Beruntungnya , nomor ponselku tertinggal di ponsel miliknya sehingga dia bisa menghubungiku.
            Aku menuruni tangga itu dan tidak lagi mengingatnya. Entah dengan dia. Sepertinya dia mengingatku. :p Aku akan memperlihatkan catatan ini dan bertanya kepadanya. Semoga dia mau bercerita dengan malu-malu. Dan kau akan kuberi tahu nanti.
Aku sama sekali tidak menyangka pertemuan yang katanya, ia lupakan itu akan menjadi sebuah kisah sepanjang ini. Melibatkan begitu ragam rasa. Menciptakan begitu banyak puisi untuknya. Bagaimanapun, aku bersyukur beribu-ribu.

Ah, kusudahi dulu saja catatan ini. Aku jadi merindukan dia lagi. Terimakasih sudah membaca. 

Jumat, 20 Januari 2017

Day 3 KampusFiksi Writing Challenge: 5 Hal Ini Saya Tulis Pada Saat Ujian Setengah Tahun Silam

Pondok Pesantren Edi Mancoro, setengah tahun silam..
             Hanya setahun dua kali pemandangan seperti ini terlihat di Pondok kami, yakni pada saat test pondok yang diadakan per enam bulan sekali. Semua santri berjajar di depan kelas, berbaur dari berbagai kelas, menunggu ustadz rawuh dengan kitab di tangan mereka, menghafalkan materi  sembari merapalkan doa doa. “Semoga testnya gampang.”
             Ketika bel pertanda mulai test berbunyi, ruangan sudah penuh dengan santri. Sabar sekaligus deg-degan menunggu soal dan lembar jawab yang  dibagikan Ustadz. Saya, ketika itu sedang duduk sembari memainkan pena. Membunuh ketegangan. Test pada saat itu adalah mengarang dengan bahasa Arab. Bagi saya, test bahasa Arab di pondok; baik tata bahasanya maupun terjemahnnya, sama-sama menakutkan. K r e d I b I l I t a s saya sebagai mahasiswa bahasa arab kala itu dipertaruhkan. Terlepas dari apapun yang saya takutkan, ujian adalah sesuatu yang harus dihadapi dan dikerjakan, sebaik mungkin. Baiklah, dengan sedikit merem melek, saya membuka lembar soal dan mendapati soal yang apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi:
              “Tulislah hal-hal yang akan kamu lakukan ketika sudah lulus dari pondok.
            Dan sampai sekarang, saya masih berusaha mewujudkannya. Satu persatu. Di tahun ini.
           Saya ingat benar bahwa hal pertama yang ingin saya lakukan adalah mendaftar kuliah lagi. S2. Sastra. Karena kecintaan saya terhadap kata dan makna, serta keabadian yang menyertai keduanya. Menjadi penulis bagi saya bukan hanya sebuah cita-cita, melainkan kebahagiaan. Sebuah kecukupan yang dicari oleh para manusia. Kalau sudah mendapat bahagia, mau cari apa lagi coba?
         Lalu, saya ingin mengkhatamkan kitab Mabadi’ul Awwaliyyah. Kitab yang selalu membuat saya bilang “ooooo” panjang ketika saya mengkajinya di pondok. Kitab dengan berbagai kebaikan dan ketulusan hati, baik dalam ibadah maupun muamalah. Saat ini, saya masih mempertimbangkan mau ngaji di Ustadz siapa. Di kampung saya ada dua ustadz dengan kelebihannya masing-masing.
           Saya juga seorang penikmat novel akut. Mbah Kakung yang menanamkan kebiasaan membaca kepada saya. Sejak kanak-kanak beliau kerap kali membawakan buku cerita bergambar. Tentang belajar mandi sendiri, makan sendiri, merapikan mainan sendiri, membantu ibu, dan hal-hal baik lain yang dilakukan oleh Budi dan Ani. Karenanya, tahun ini saya ingin membangun perpustakaan untuk adik-adik di desa saya. Kenapa? Supaya mereka tahu bahwa membaca itu nikmat, kecanduan membaca, dan semoga mereka keranjingan menulis. Dan konsisten untuk menulis, jangan seperti saya yang nulisnya kadang kadang. Hehe.  
         Bulan lalu, saya bingung mau kerja di mana. Fresh graduate seperti saya adalah harapan besar bagi orangtua yang sudah susah payah menyekolahkan anak-anaknya. Ada beberapa tawaran yang sampai saat ini belum saya sanggupi. Seseorang berkata kepada saya “pilihlah pekerjaan yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” Karenanya, tahun ini saya ingin membuat bimbingan belajar yang melibatkan adik-adik saya di sebuah organisasi masyarakat. Kata Ibu saya peluang saya membuka bimbingan belajar di kampung saya ini kecil berhasilnya. Tapi bagaimanapun, saya akan melakukannya. Saya bilang pada Ibu tentang niat member manfaat kepada orang lain, dan beliau memberikan restu. Alhamdulillaah.
          Yang terakhir, saya ingin ke luar negeri. Australia atau amerika. Saya ingin melihat langit yang birunya berbeda dengan di Indonesia. Saya ingin menelusuri jalan-jalannya dan merekam udara yang saya hirup di sana. Saya ingin merasa bahagia, kebahagiaan yang berbeda dari yang pernah saya rasakan di Indonesia.
        Tahun ini, karena ada begitu banyak hal baru yang terjadi dalam hidup saya, jadi saya harap semuanya akan berjalan baik dan saya bisa melewatinya dengan  gemilang. Aamiin. J

      Lalu saya mengumpulkan semua keinginan saya itu sebelum waktu selesai. Keluar terlebih dahulu, duduk di pojok tembok, dan kembali menghafal kitab, test jam kedua di depan mata. Begitu sampai beberapa hari setelahnya. Sampai hari penghabisan ujian. 

Kamis, 19 Januari 2017

3 Hal yang Kemungkinan Besar Membuat Saya Histeris (Perspektif Orang yang Susah Histeris)

            Dari 10 tema 10DaysKF ini, tema kedua adalah tema tersulit buat saya. Kenapa? Bagi orang yang lempeng aja kayak saya susah untuk menemukan hal-hal yang membuat saya histeris. Senang saya ya biasa aja, sedihnya juga biasa aja. Tapi saya pantang menyerah. Setelah mikir dan tanya ke orang-orang, saya menemukan 3 hal yang kemungkinan besar membuat saya histeris.
1.      Ketemu sama Sarah Kay
Saya adalah penyuka puisi akut, pembaca sekaligus pemaknanya juga. Sarah Kay menjadi seorang yang sangat saya kagumi karena kemampuannya ber-spoken poetry. Kan keren dia membacakan puisi yang ia buat spontan di panggung. Ampuuuuun.
Kayaknya saya bakalan senengggg banget dan bisa jerit-jerit kalau ketemu. Pingin peluuuuk dan duet spoken poetry sama dia. Oh..
2.      Ada yang beli 1000 pasang seragam batik di online shop saya
Melayani orang adalah kebahagiaan bagi saya. Termasuk melayani pembelian baju batik. Karena itu saya buat online shop saya sendiri. Alhamdulillaah, dari hari ke hari semakin banyak yang percaya dan beli batik di toko saya. *cek ig ya @pusatbatikstore :p semoga yang baca postingan ini ngecek dan beli juga yaa.. Aamiin.. plaaakkk! Dan kayaknya saya akan bahagia banget kalau sebuah perusahaan beli 1000 potong baju batik buat seragam. Saya akan berterimakasih sekali dan berlinangan airmata saking bahagianya. :p
3.      Tulisan saya jadi tranding topik di dunia
Memberikan manfaat bagi banyak orang adalah kebahagiaan yang amat sangat. Apalagi kalau yang memberikan manfaat itu adalah tulisan yang saya tulis dengan kedua tangan saya sendiri. Kemudian, banyak orang yang baca dan membagikannya. Kemudian mengingatnya di dalam hatinya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Hiks. Asli saya berkaca-kaca pas nulis ini. Aamiin. Because nothing is impossible, jadi saya nggak pernah kehilangan kepercayaan kalau hal itu bisa terjadi. Aamiin.

Saya nulis hal-hal ini sebenarnya sambil mikir sebenarnya histeris itu yang kayak gimana? Masih susah mendeskripsikannya. But, yeah. I did it. #10DaysKF

Rabu, 18 Januari 2017

Tipe Kekasih Idaman

Aduh, sebenarnya, kriteria, tipe, dan hal-hal semacam itu tidak terlalu penting buat saya. Kekasih cukuplah seseorang yang saya jatuhi hati. Tidak lebih. But, because it’s a challenge, okay, akan saya beri tahu kau rahasia : Tipe Kekasih Idaman. Ini rahasia lho ya.. saya tidak mengatakannya pada siapapun, hanya padamu. Dan, kau seseorang yang  sedang duduk di pojok ruangan. Jangan tersenyum sekarang, baca dulu, semoga kau bisa mempertahankan senyummu sampai akhir tulisan ini.
Kekasih idaman #1 : Pinter
                Pinter adalah kriteria mutlak yang saya idamkan ada pada kekasih saya nanti. Eh, ketahuan jomblonya. :p Kenapa? Karena tingkat keingintahuan saya terhadap sesuatu yang saya belum tahu berbanding lurus dengan tingkat kenarsisan saya terhadap sesuatu yang saya sudah tahu.
                Saya sering spontan tanya terhadap hal asing yang baru saya dengar atau baru saya baca. Kayaknya asik kalau dia serba tahu dan langsung jawab semua  pertanyaan saya. *plissss yang baca ini jangan suruh saya jatuh cinta sama google yaa*
                Sikap narsis saya terhadap  yang sudah tahu adalah menjelaskannya sama orang-orang disekeliling saya. Misal tentang puisinya Sarah Kay yang kayaknya di Indonesia ini cuma saya yang suka dan rasa ikan asin yang enaknya tidak ada duanya yang kayaknya juga cuma saya yang bisa merasakannya. Tidak harus dia langsung menyukai apa yang aku suka. Cukup seseorang yang langsung paham apa yang saya jelaskan dan seseorang yang berkenan meluangkan waktunya untuk mencari tahu apa yang saya suka. :p
Kekasih idaman #2: Biasa Aja
                Biasa aja adalah kata-kata favorit saya yang sering bikin kesel temen-temen. Biasa aja adalah kalimat pendek sarat makna. Biasa aja untuk kekasih idaman saya ialah biasa aja dalam berpikir, berkata, dan bersikap. Hati saya sudah cukup meleleh dirayu sama tokoh-tokoh novel, sudah cukup baper dengan sikap Song Jong Ki, Lee Min Ho, dan teman-temannya di drama korea, dan sudah cukup  pusing dengan alur berpikirnya beberapa penulis  dan sutradara sinetron yang tidak bisa aku sebutkan di sini. *nanti ketahuan bodohnya ><
                Jadi, di dunia nyata yang sudah penuh dengan sandiwara ini, aku butuh orang yang biasa aja. Nggak neko-neko mikirnya, nggak sok-sok puitis kata-katanya, nggak dibuat-buat perilakunya. Seseorang yang nyaman dengan dirinya sehingga aura kenyamanan itu bisa terpancar pada orang-orang di sekelilingnya.
Kekasih idaman #3: Sederhana
                Karena kebetulan setiap pagi saya sudah ribet dengan anak-anak yang pinter dan aktif, jadi kayaknya enak kalau kekasih saya adalah orang yang gak ribet kalau ketemu. Cukup seseorang yang betah lama duduk baca buku, nulis, dan cerita. Atau seseorang yang anteng diajakin nonton film, drama tapi. Hehe.
                Bagi aku, hidup butuh me time yang nggak bisa diganggu oleh siapapun, termasuk kekasih. Dan ketika aku baca buku, atau nulis, atau nonton film, aku masih bisa bareng dia tapi tetep punya me time ku sendiri. J
                Mengakhiri cerita ini, kabar-kabar ya, kalau ada yang pinter, biasa aja, dan sederhana, syukur-syukur ditambah cakep, bertanggung jawab, dapat dipercaya, humoris, aku juga mau. *eh :p

Gimana yang dipojokan? Masih senyum-senyum ngerasa ‘aku banget?’ Selamat ya. Hihi.