Pagi, sulurkanlah bias-bias cahayamu pada jiwa yang meredup
Bangunkanlah semangat yang enggan beranjak meski cahaya telah mengusik
Indahkan hari yang panjang dan permudah segala rupa perjuangan
Kukuhkan jejak jemejak menuju kedudukan yang gilang gemilang
Demi kehidupan, pagi menyibak gelap langit malam
Biru langit menghenyatkan
Hiruk-pikuk hidup menyadarkan
Hangat matahari membangunkan
Daun hijau memudakan
Jalan-jalan membentangkan
Beribu kesempatan
Berjuta kemungkinan
Bermilyar perasaan
Bertrilyun doa usaha
Semoga tetp terus selalu menghidupkan
Pagi, sulurkanlah bias-bias cahayamu pada jiwa yang meredup, bertahan berjuang demi hidup.
Let us find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart ~
Rabu, 04 Desember 2013
Kamis, 28 November 2013
Saya 'Gila' dari Kecil Semoga semakin 'Gila' ^_^
Hari ini ada sebagian guru yang mengajar 2 hingga 3 kelas
sekaligus, karena terbatasnya jumlah guru
Hari ini ada sebagian guru merebus singkong dan pisang dari kebun untuk sarapan murid muridnya
Hari ini ada sebagian guru yang mencarikan air bersih untuk minum murid muridnya
Hari ini ada sebagian lagi yang berdemo menuntut hak tunjangan dan gajinya dipenuhi
Hari ini ada sebagian guru yang tidak mengajar karena melanjutkan studinya
Hari ini ada sebagian guru yang memperoleh penghargaan, sebagai guru terfavorite dan berjasa di sekolah
Hari ini ada sebagian guru merebus singkong dan pisang dari kebun untuk sarapan murid muridnya
Hari ini ada sebagian guru yang mencarikan air bersih untuk minum murid muridnya
Hari ini ada sebagian lagi yang berdemo menuntut hak tunjangan dan gajinya dipenuhi
Hari ini ada sebagian guru yang tidak mengajar karena melanjutkan studinya
Hari ini ada sebagian guru yang memperoleh penghargaan, sebagai guru terfavorite dan berjasa di sekolah
*Sebait
puisi yang ditulis oleh inspirator saya, Ibu Ameliasari Tauresia Kesuma.
Saya berkeinginan menjadi
seorang guru. Ya, saya ingin. Ketika tiba-tiba saya ditanya lebih memilih
menjadi guru atau dosen, saya memilih menjadi guru saja. Sekarang saya memang
belum benar-benar menjadi guru, hanya les privat dengan 3 anak dan 3 mata
pelajaran yang berbeda. 1 anak kelas VIII SMP, 2 anak kelas 3 SD. Tapi, apa
salahnya bermimpi.
Ketika saya memilih menjadi
seorang guru saja, teman-teman agak kaget. Di dahi mereka ada tulisan besar “KENAPA?”
Sebagai seorang guru, saya rasa saya lebih punya banyak kesempatan untuk
belajar, dan berbuat banyak bagi orang lain. Seperti dalam penggalan puisi
diatas, banyak hal yang bisa dilakukan untuk anak-anak, menjadi seseorang yang
berguna bagi orang lain, mencintai dan dicintai oleh mereka, melihat semangat
dan kejujuran mereka.
Saya selalu senang membiarkan
anak-anak mengerjakan apa yang dilarang orangtuanya dirumah. Dulu waktu kelas
lima SD, orangtua teman sekaligus tetangga saya marah ke Ibu saya gara-gara
saya mengajak anaknya masak kripik singkong pakai kompor sekam. Ceritanya di
sekolah, saya habis diajari buat kompor dengan bahan bakar sekam. Cuma pakai
toples yang terbuat dari semacam alumunium atau besi, biasanya disebut *blek,
dua bilah bambu yang ditegakluruskan, dan sekam yang dpadatkan. Seru pokoknya.
Saya dan teman saya mainan masak dengan kompor buatan kami sendiri, mengiris
singkong dengan tangan kami sendiri, dan menggorengnya dengan wajan yang kami ‘curi’
dari dapur saya.
Lagi, gara-gara majalah
kulinernya ibunya teman dan tetangga saya yang itu, kami nyolong blendernya dia
dan kami buat eskrim tempe. Bahannya seingat saya tempe, es batu yang banyak,
susu kental manis, sama minuman bubuk berperisa. Semuanya diblender jadi satu,
lupa berapa perbandingan antara bahan satu dengan bahan lainnya, terus rasanya….gak
karuan. Enak aja deh, dulu kayaknya habis kita makan tuh es krim. Hehehe. Kami
membuat itu dirumah saya, repotnya mulai ketika mau ngembaliin blender ke rumah
teman saya. Pas blender diambil, kan rumah dia kosong, nah pas mau ngembaliin,
Ibunya udah ada dirumah. Akhirnya, saya dan temen saya bertugas mengalihkan
perhatian Ibu temanku yang biasa saya panggil Budhe, dan adik saya masuk ke
dapur tetangga dan ngembaliin blender. Hehehe. Mengingat cerita ini, saya jadi maklum
kalau temen-temen saya bilang saya ‘gila’. Ya, saya sudah ‘gila’ dari kecil.
Hehehe
Kembali ke keinginan saya
menjadi guru. Saya ingin jadi guru tulen, bukan guru kurikulum. Saya ingin
mengajak anak-anak seusia saya sepuluh tahun yang lalu untuk belajar tanpa
tersekati dinding kelas dan bangku kayu. Saya ingin melibatkan orangtua mereka
untuk belajar bersama anakn-anaknya, bahwa mendidik anak bukan hanya tugas dari
guru, tapi tetap tugas utama bagi orangtua. Saya ingin anak-anak dan orangtua
punya pengalaman yang terkenang sepanjang hidup mengenai pendidikan. Semisal,
bersama-sama membuat prakarya anak-orangtua, eksperimen di dapur bersama,
pokoknya yang unforgettable deh. Soalnya dulu saya tidak dapat hal-hal kayak gitu
waktu kecil, untungnya ada Mbah kakung yang sering mengajak saya praktek
bercocok tanam di sawah dan mbah putri yang mengajak saya tadabbur alam di ladang.
Allaahurabbii.. saya pengen jadi
guruuuu (^.^)//…
Minggu, 24 November 2013
Belum Sempat Terpublikasi :'(
Senang sekali memiliki waktu untuk berkumpul bersama teman-teman MABAS 12. Dua hari satu malam kami habiskan dengan tawa. Full tawa. Tanpa mengeluhkan pelajaran nahwu ataupun filsafat, tanpa keinginan untuk segera pulang, tanpa rebutan kursi belakang, tanpa makalah dan buku pelajaran. Bahagia. Hanya perasaan itu. Alhamdulillaah :D
Yang tercipta justeru sebuah puisi pematri kisah, pembingkai kenangan, bahwa dalam masa muda kami, kami pernah bersama mempunyai tekad yang kuat dan bulat, juga semangat. Bahwa di masa muda kami, kami pernah bersama berikrar tentang masa depan dan segenap impian. Luar biasa, berikut sebait puisi yang kami cipta bersama, dengan rasa yang sama. :)
Sahabat, akan sehebat apakah kita 10 tahun yang akan datang?
Ketika langit telah berubah berjuta kali,
Ketika bintang telah menyampaikan milyaran rasa rindu...
Masihkah senja memberi kesempatan kepada kita untuk berlarian ke tengah ilalang?
Menyatakan janji sahabat dengan riangnya
Mengabadikan jengkal demi jengkal sejarah masa muda...
Sahabat, selamat datang di hidup yang penuh aral rintang...
Mari kita umumkan pada dunia
Kita disini untuk berjuang
Kita disini untuk kehidupan
Kita disini untuk masa depan
MABAS 12... MUMTAZZZZZ :D
Harusnya puisi ini saya deklamasikan dengan iringan lagu laskar pelangi dari Mbak Affuah, Mbak Zahro, Mbak Davis, Mbak Risma, Mbak Aya, Mbak Ismi, Mbak Hikmah, Maulida, Mbak Fitroh, Mbak Mai, plus petikan gitar dari Mbak April, tapi karena ketidak kondusifan situasi dan kondisi, puisi ini belum sempat terpublikasi. Hiks. But don't worry teman-teman, kalau tidak di panggung PAB JQH, toh masih ada padang ilalang di depan kampus :D Tetap Semangaaaaatttt :D
Yang tercipta justeru sebuah puisi pematri kisah, pembingkai kenangan, bahwa dalam masa muda kami, kami pernah bersama mempunyai tekad yang kuat dan bulat, juga semangat. Bahwa di masa muda kami, kami pernah bersama berikrar tentang masa depan dan segenap impian. Luar biasa, berikut sebait puisi yang kami cipta bersama, dengan rasa yang sama. :)
Sahabat, akan sehebat apakah kita 10 tahun yang akan datang?
Ketika langit telah berubah berjuta kali,
Ketika bintang telah menyampaikan milyaran rasa rindu...
Masihkah senja memberi kesempatan kepada kita untuk berlarian ke tengah ilalang?
Menyatakan janji sahabat dengan riangnya
Mengabadikan jengkal demi jengkal sejarah masa muda...
Sahabat, selamat datang di hidup yang penuh aral rintang...
Mari kita umumkan pada dunia
Kita disini untuk berjuang
Kita disini untuk kehidupan
Kita disini untuk masa depan
MABAS 12... MUMTAZZZZZ :D
Harusnya puisi ini saya deklamasikan dengan iringan lagu laskar pelangi dari Mbak Affuah, Mbak Zahro, Mbak Davis, Mbak Risma, Mbak Aya, Mbak Ismi, Mbak Hikmah, Maulida, Mbak Fitroh, Mbak Mai, plus petikan gitar dari Mbak April, tapi karena ketidak kondusifan situasi dan kondisi, puisi ini belum sempat terpublikasi. Hiks. But don't worry teman-teman, kalau tidak di panggung PAB JQH, toh masih ada padang ilalang di depan kampus :D Tetap Semangaaaaatttt :D
Jumat, 22 November 2013
Jariku Terpotong ketika Aku Mengiriskan Daging Ayam untuk Anakku
Di angkot jalur tiga sore ini. Seperti kemarin, saya pulang kerumah setelah seharian dengan rutinitas kampus yang selalu lebih menguras tenaga dan fikiran pada hari jumat. Angkot kali ini tidak terlalu sesak, bapak supirnya berbaik hati segera menjalankan angkot walau masih ada beberapa space di bangku angkot. Alhamdulillaah tidak desak-desakan :)
Angkot berjalan pelan, seperti biasanya. Jalan yang saya lewati tetap menghadirkan sensasi berkuda, jalan rusak. Tiba-tiba ibu yang ada di depan saya bertanya pada ibu-ibu yang ada tepat di samping saya. Saya tidak tahu siapa Ibu nama Ibu itu, jadi akan ada banyak Ibu dalam cerita ini.
"Bu, tanganya kenapa di perban?" tanya Ibu yang duduk di depan saya.
Lalu, Ibu yang berada di samping saya bercerita panjang lebar. "Tadi pagi aku buat mie. Niatnya mau pakai ayam, pas aku ngiris ayam tiba-tiba tanganku kepotong, langsung mrepet-mrepet *pingin pingsan* rasanya". Beliau bercerita, dengan senyum, seolah tidak terjadi apa-apa. Saya merinding, pertama karena melihat perban di ibu jari beliau, yang kedua karena membayangkan bagaimana kejadian tersebut terjadi.
Pisau dan daging ayam entah beliau jatuhkan ke arah yang beliau tidak tahu.Beliau lantas memanggil sang putri yang sepertinya masih SD dan putrinya berlari ke arah bapaknya yang sedang menjadi kuli bangunan di desa sebelah.
Ibu itupun dibawa ke puskesmas pabelan, tapi tidak bisa ditangani, beliaupun bersama suami dan dua anaknya, si sulung seorang laki-laki usia SMP atau SD akhir, dan putri yang lari-lari tadi bersama-sama ke RSU Salatiga dan pulang dengan duabelas jahitan di ibu jari sang Ibu yang tulus memasakkan anaknya, dan kembali saya berdesir hatinya ketika sang Ibu tanpa memedulikan jahitan yang ada di tangan beliau bilang "Nanti sore bakalan repot buat masak lagi".
Sungguh setiap Ibu selalu luar biasa, selalu iri melihat kebaikan seorang Ibu. Dan selalu rindu Ibu setiap melihat Ibu-ibu yang selalu tampak luar biasa.
Lagi, untuk kesekian kali saya bertakbir melihat keluarga ini, ketika turun dari angkot, sang suami dan anak laki-laki turun terlebih dahulu, ketika saya tanya kenapa tdak turun bareng-bareng saja, Ibu menjawab karena suami dan anaknya harus meneruskan kerja menjadi tukang bangunan disebuah rumah di desa tetangga, sementara Ibu harus pulang dan istitahat sebentar. Oh, keluarga sederhana ini benar-benar membuat saya terharu.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? Alhamdulillaah, seteguk rindu untukIbuku yang tetap paling hebat telah terbasuh dengan melihat keikhlasan yang tiada tara dari Ibu yang barusan, sayang aku tidak ahu siapa nama beliau, tapi siapapun nama beliau, semoga segera diberi kesembuhan dan semoga keikhlasannya malayani keluarganya menjadi pemberat timbangan kebaikannya. Aamiin :)
Angkot berjalan pelan, seperti biasanya. Jalan yang saya lewati tetap menghadirkan sensasi berkuda, jalan rusak. Tiba-tiba ibu yang ada di depan saya bertanya pada ibu-ibu yang ada tepat di samping saya. Saya tidak tahu siapa Ibu nama Ibu itu, jadi akan ada banyak Ibu dalam cerita ini.
"Bu, tanganya kenapa di perban?" tanya Ibu yang duduk di depan saya.
Lalu, Ibu yang berada di samping saya bercerita panjang lebar. "Tadi pagi aku buat mie. Niatnya mau pakai ayam, pas aku ngiris ayam tiba-tiba tanganku kepotong, langsung mrepet-mrepet *pingin pingsan* rasanya". Beliau bercerita, dengan senyum, seolah tidak terjadi apa-apa. Saya merinding, pertama karena melihat perban di ibu jari beliau, yang kedua karena membayangkan bagaimana kejadian tersebut terjadi.
Pisau dan daging ayam entah beliau jatuhkan ke arah yang beliau tidak tahu.Beliau lantas memanggil sang putri yang sepertinya masih SD dan putrinya berlari ke arah bapaknya yang sedang menjadi kuli bangunan di desa sebelah.
Ibu itupun dibawa ke puskesmas pabelan, tapi tidak bisa ditangani, beliaupun bersama suami dan dua anaknya, si sulung seorang laki-laki usia SMP atau SD akhir, dan putri yang lari-lari tadi bersama-sama ke RSU Salatiga dan pulang dengan duabelas jahitan di ibu jari sang Ibu yang tulus memasakkan anaknya, dan kembali saya berdesir hatinya ketika sang Ibu tanpa memedulikan jahitan yang ada di tangan beliau bilang "Nanti sore bakalan repot buat masak lagi".
Sungguh setiap Ibu selalu luar biasa, selalu iri melihat kebaikan seorang Ibu. Dan selalu rindu Ibu setiap melihat Ibu-ibu yang selalu tampak luar biasa.
Lagi, untuk kesekian kali saya bertakbir melihat keluarga ini, ketika turun dari angkot, sang suami dan anak laki-laki turun terlebih dahulu, ketika saya tanya kenapa tdak turun bareng-bareng saja, Ibu menjawab karena suami dan anaknya harus meneruskan kerja menjadi tukang bangunan disebuah rumah di desa tetangga, sementara Ibu harus pulang dan istitahat sebentar. Oh, keluarga sederhana ini benar-benar membuat saya terharu.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? Alhamdulillaah, seteguk rindu untukIbuku yang tetap paling hebat telah terbasuh dengan melihat keikhlasan yang tiada tara dari Ibu yang barusan, sayang aku tidak ahu siapa nama beliau, tapi siapapun nama beliau, semoga segera diberi kesembuhan dan semoga keikhlasannya malayani keluarganya menjadi pemberat timbangan kebaikannya. Aamiin :)
Minggu, 10 November 2013
Karena Kami Bukan Kaum Brahmana
Ada banyak aral melintang dalam hidup kami, ada banyak jalan terjal
diantara langkah kami, ada banyak badai yang menghadang mimpi-mimpi kami, ada
banyak riak dalam aliran sungai yang kami seberangi.
Kami sekelompok orang yang sudah tahan dengan
asam garam kehidupan. Hidup dari keadaan paling sulit, paling susah, paling
papa, hingga hidup yang paling gampang, paling mudah, paling punya.
Kami punya masalah, dari yang paling sederhana,
hingga yang paling membuang tenaga. Semuanya membuat kami cenderung biasa
menghadapi perkara yang berhubungan dengan hati, dengan lawan jenis. Dalam usia muda kami, kami punya hal-hal yang
lebih kami prioritaskan daripada masalah sesederhana itu. Tentang keluarga
kami, ayah ibu dan segenap saudara yang mencintai kami, tentang pendidikan
kami, jalan kami untuk meraih cita-cita kami, mimpi-mimpi kami, tentang karir
kami, dedikasi kami sebagai seorang pemuda, sebagai seorang Indonesia.
Hal-hal yang sulit itu mungkin membuat kami
berbeda dalam menyikapi perkara hati, perkara yang untuk kalangan orang-orang
brahmana dianggap sebagai perkara besar yang pelik, yang menyeret pada jurang
kegalauan yang mendalam, perkara yang membuat menangis hingga kabur-kaburan dan
menjadikan sahabat-sahabatnya menjadi orang yang paling repot menjadi tempat ia
menumpah ruahkan segala rasanya.
Perkara rasa, ditinggalkan atau disakiti, itu
belum ada apa-apanya dibandingkan usaha yang kami lakukan untuk bertahan.
Segala jatuh bangun kami untuk terus belajar, segala kerja keras kami untuk tidak
merepotkan orang tua kami. Karena kami bukan kaum brahmana, kami sanggup dan
rela saja terjaga lebih lama, berjalan lebih jauh, bahkan bernafas lebih
panjang dari orang-orang lain.
Karena kami bukan kaum brahmana, kami tidak
merelakan airmata kami hanya karena ditinggalkan atau berlama-lama jatuh hanya
karena mengalami pesakitan. Ketika kami mengalami hal-hal seperti itu, kami
mudah saja mengatasinya karena kami punya banyak kesibukan sebagai bagian dari
usaha kami untuk bertahan. Karena kami bukan dari kaum Brahmana, banyak hal-hal
yang harus kami prioritaskan untuk saat ini, Keluarga-Pendidikan-Karier...
Rabu, 06 November 2013
Ekspedisi 6November :)
Saya bernostalgia hari ini, nostalgia masa-masa pramuka, jadi bantara, ikut lintas alam padahal bukan pecinta alam, dan susur sungai plus menyusuri tanah yang didalamnya terkubur manusia pas ikut KPLA, juga saat-saat jalan berkilo-kilo dalam rangka survei tempat berbagai acara kepanduan. Dulu, hanya asik saja rasanya. Tanpa takut jatuh, takut kotor, dengan kostum yang tidak salah ; pakai celana training plus kaos oblong panjang.Bareng-bareng berbanyak, atau sepedaan sampai kakinya gempor, mampir warung beli es dan gorengan. Ah, asik pokoknya.
Saya akan menceritakannya satu persatu. Itu sewaktu saya mengikuti chevent tracking, sebut saja lintas alam di UNNES, Gunung Pati dan sekitarnya. Diurutkan dari kiri, ada Anes, Mbak Nik, Kurnia, Aku, Afifah, Esti, Wahyu, Dayat, Aris. Kami jalan kaki sejauh 10 km, jalan menanjak, dan ketepaatan waktu mulai jalan sampai finish menjadi penilaian, sementara kami buta tentang ketepatan waktu, tapi ajaibnya setelah kami lihat di hasil penilaian, kami ternyata menempati urutan kedua. Menyenangkan sekali ^_^
Setiap ingat event ini, saya selalu ingat betapa licinnya batu sungai yang harus kami susuri. Berkali-kali hampir jatuh dan akhirnya benar-benar jatuh, dan kemudian bangkit lagi. Fiuh, benar-benar jatuh bangun.
Beda lagi dengan masa-masa jadi bantara. Saya dan rekan-rekan sering sekali melakukan tinjau lapangan untuk berbagai kegiatan, membuat rute dan menetukan pos-pos untuk peserta kegiatan kepramukaan. Tidak jarang kami berjalan puluhan kilo, menyusuri sawah dan hutan karet, menerobos jalan atau memutari jalan, mencari rute yang asik, yang punya tantangan sekaligus pemandangan yang memanjakan mata.
Seingat saya terakhir kali saya ikut kegiatan out door seperti itu sekitar satu tahun yang lalu, saat mengikuti gema ITTAQO, sebuah UKM yang membidangi bahasa arab di kampus. Dan tadi siang sampai sore, saya kembali melakukan ekspedisi. Ekspedisi #demiITTAQO, begitulah saya menamainya.
Dimulai dari kampus, lalu ke sebuah desa di kabupaten semarang, kemudian menyusuri persawahan terasering yang bukan main. Sebenarnya biasa saja sih, tapi saya gara-gara pakai rok span, jadi rempong sekali.
Mendaki gunung lewati lembah, nanananana.. kami menyanyikan lagu itu di sela-sela perjalanan kami. Intermezzo yang menyenagkan. Lagi, sesuai dengan itu, saya harus lompat lagi. Hampir satu meter. Menurut saya itu tinggi. Hap. Saya melompat. Huft semuanya baik-baik saja. Sepertinya tiga kali saya melompat, sebelum akhirnya kami menemukan sungai yang jernih dengan bebatuan yang alhamdulillaah tidak licin. Keceh ria. Bagian favorit saya di ekspedisi ini ^_^
Sekitar setengah jam lebih sedikit kami main air plus mengabadikan moment ini dengan kamera, kamipun pulang. Jalan mendaki, langit mendung, dan hujan rintik turun beberapa saat sebelum kami sampai di tempat dimana motor parkir. Mendaki gunung lewati lembah, nananananan (^.^) lagu itu lagi. Setiap merasa ada view yang bagus, kami berhenti dan foto. Cekrik.
Sawahnya jangan sampai ketinggalan. Hijau sepanjang mata memandang. Ah, Allah benar-benar tiada tandingan. Semoga, perjuangan kami hari ini bermanfaat. Semangaaaaat (^.^)//
Ini waktu Chevent Track di UNNES |
Saya akan menceritakannya satu persatu. Itu sewaktu saya mengikuti chevent tracking, sebut saja lintas alam di UNNES, Gunung Pati dan sekitarnya. Diurutkan dari kiri, ada Anes, Mbak Nik, Kurnia, Aku, Afifah, Esti, Wahyu, Dayat, Aris. Kami jalan kaki sejauh 10 km, jalan menanjak, dan ketepaatan waktu mulai jalan sampai finish menjadi penilaian, sementara kami buta tentang ketepatan waktu, tapi ajaibnya setelah kami lihat di hasil penilaian, kami ternyata menempati urutan kedua. Menyenangkan sekali ^_^
Setiap ingat event ini, saya selalu ingat betapa licinnya batu sungai yang harus kami susuri. Berkali-kali hampir jatuh dan akhirnya benar-benar jatuh, dan kemudian bangkit lagi. Fiuh, benar-benar jatuh bangun.
susur sungai, bagian paling tidak terlupakan :) |
Kemah Bhakti Gudep Wahid Hasyim Rohana Kudus 2011 |
Seingat saya terakhir kali saya ikut kegiatan out door seperti itu sekitar satu tahun yang lalu, saat mengikuti gema ITTAQO, sebuah UKM yang membidangi bahasa arab di kampus. Dan tadi siang sampai sore, saya kembali melakukan ekspedisi. Ekspedisi #demiITTAQO, begitulah saya menamainya.
Dimulai dari kampus, lalu ke sebuah desa di kabupaten semarang, kemudian menyusuri persawahan terasering yang bukan main. Sebenarnya biasa saja sih, tapi saya gara-gara pakai rok span, jadi rempong sekali.
Mbak Umi yang rempong dengan kostumnya yang salah, hihi |
Mendaki gunung lewati lembah, nanananana.. kami menyanyikan lagu itu di sela-sela perjalanan kami. Intermezzo yang menyenagkan. Lagi, sesuai dengan itu, saya harus lompat lagi. Hampir satu meter. Menurut saya itu tinggi. Hap. Saya melompat. Huft semuanya baik-baik saja. Sepertinya tiga kali saya melompat, sebelum akhirnya kami menemukan sungai yang jernih dengan bebatuan yang alhamdulillaah tidak licin. Keceh ria. Bagian favorit saya di ekspedisi ini ^_^
yuhuuuuuuu... airnya bening oh bening |
Perjalanan pulang, sawahnya itu lhooo (u,u) |
Selasa, 05 November 2013
Dari Hati...
Hanya selayang pandang kau berani menatapku, tidak lebih dari lima detik, lalu kau berlalu. Bagaimana aku bisa percaya jika kau benar-benar meminta izin menyayangiku? ***
Aku diam. Membiarkan dalih kepada waktu untuk mengalirkan semuanya. Perasaan yang masih mencari pasangannya. Beberapa datang, menghujaniku dengan kalimat-kalimat tentang masa depan, tentang perasaan. Fiuh. Beberapa lagi pergi, lari dengan sendirinya, menyederhanakan bentuk kisah yang bersegi-segi. Aku tak peduli.
Lagi, aku dipengaruhi dari sana-sini. Meninggalkan ia dan membuka rasa untuknya. Kubiarkan, itu hanya angin lalu. Tapi, angin lalu menyambung dengan angin yang berlalu lagi. Intervensi dari berbagai pihak. Aku jengah. Tetap membiarkan semuanya berlalu.
Hatiku tetaplah milik Rabbku, selamanya akan seperti itu. Lalu tiba-tiba ada nama yang menyusup disela-sela nama Rabbku. Kenapa nama itu lancang sekali? Iyakah aku telah terpengaruh? Hal ini yang membuatku tidak mengerti pada diriku sendiri. Jangan, jangan mengambil kesimpulan apalagi keputusan sendiri sebelum Allah mengirimu tanda dari langit, tanda dari bumi, tanda dari udara, tanda dari lautan. Itu kan yang kau pelajari dari kisah-kisah yang mengelilingimu, Suci?
Ah, aku bermonolog dengan diriku sendiri, dan seperti biasanya, semuanya hanya berputar-putar pada segumpal daging yang asmanya hati. Hei, aku punya Allah kenapa tidak aku adukan saja? Benar-benar aku ini.
Sebait kata yang ingin kukatakan kepada semaunya, baik yang mengatakan tentang perasaaan, maupun yang mempengaruhiku untuk memilih salah seorang.
Tolong, biarkan aku membebaskan hatiku sendiri
Memberikan sebagian hatiku pada seseorang yang dikirimkan Tuhan melalui kekuasaanNya
Seseorang yang memikatku dengan ilmunya
Seseorang yang memimpinku dengan kebijaksanaanya
Seseorang yang mengangkat derajatku dengan kebaikan hatinya
Seseorang yang menyayangiku dengan sederhana
Biarkan aku menemukan sosok itu dengan tuntunanNya
Jadi mohon, siapapun itu untuk tidak lagi turut campur dalam perkara hatiku
Aku hidup tidak hanya untuk duniaku, semoga IA yang aku tak tahu siapa, juga hidup tidak hanya untuk dunianya :)
Aku diam. Membiarkan dalih kepada waktu untuk mengalirkan semuanya. Perasaan yang masih mencari pasangannya. Beberapa datang, menghujaniku dengan kalimat-kalimat tentang masa depan, tentang perasaan. Fiuh. Beberapa lagi pergi, lari dengan sendirinya, menyederhanakan bentuk kisah yang bersegi-segi. Aku tak peduli.
Lagi, aku dipengaruhi dari sana-sini. Meninggalkan ia dan membuka rasa untuknya. Kubiarkan, itu hanya angin lalu. Tapi, angin lalu menyambung dengan angin yang berlalu lagi. Intervensi dari berbagai pihak. Aku jengah. Tetap membiarkan semuanya berlalu.
Hatiku tetaplah milik Rabbku, selamanya akan seperti itu. Lalu tiba-tiba ada nama yang menyusup disela-sela nama Rabbku. Kenapa nama itu lancang sekali? Iyakah aku telah terpengaruh? Hal ini yang membuatku tidak mengerti pada diriku sendiri. Jangan, jangan mengambil kesimpulan apalagi keputusan sendiri sebelum Allah mengirimu tanda dari langit, tanda dari bumi, tanda dari udara, tanda dari lautan. Itu kan yang kau pelajari dari kisah-kisah yang mengelilingimu, Suci?
Ah, aku bermonolog dengan diriku sendiri, dan seperti biasanya, semuanya hanya berputar-putar pada segumpal daging yang asmanya hati. Hei, aku punya Allah kenapa tidak aku adukan saja? Benar-benar aku ini.
Sebait kata yang ingin kukatakan kepada semaunya, baik yang mengatakan tentang perasaaan, maupun yang mempengaruhiku untuk memilih salah seorang.
Tolong, biarkan aku membebaskan hatiku sendiri
Memberikan sebagian hatiku pada seseorang yang dikirimkan Tuhan melalui kekuasaanNya
Seseorang yang memikatku dengan ilmunya
Seseorang yang memimpinku dengan kebijaksanaanya
Seseorang yang mengangkat derajatku dengan kebaikan hatinya
Seseorang yang menyayangiku dengan sederhana
Biarkan aku menemukan sosok itu dengan tuntunanNya
Jadi mohon, siapapun itu untuk tidak lagi turut campur dalam perkara hatiku
Aku hidup tidak hanya untuk duniaku, semoga IA yang aku tak tahu siapa, juga hidup tidak hanya untuk dunianya :)
Senin, 04 November 2013
Pemahaman Baru
Yay. Tahun baruuuu.. Semangat baru, dunia baru, hidup baru, serba baru. Yang saya paling suka dari semua yang baru-baru adalah pemahaman baru saya.
Extraordinary. Kata itu bagi saya super, bisa melecutkan semangat saya untuk berbuat lebih, memasang target demi target, melihat langit yang selapis demi selapis lebih tinggi. Ah, ajaib deh pokoknya, mungkin karena kata itu sering diucapkan sama orang yang hebat banget, inspirator saya, guru besar bahasa arab di aliyah saya, Ibu Dyah, jadi ada 'kekuatan magisnya'.
"Jadi extraordinary itu sederhana. Gak pacaran disaat yang lain pacaran, gak nyontek disaat yang lain nyontek"
Di kepala saya tiba-tiba ada banyak kata tentang kesederhanaan extraordinary.
Extraordinary itu gak pacaran ketika yang lain pacaran
Extraordinary itu gak nyontek ketika yang lain nyontek
Extraordinary itu gak galau ketika yang lain galau
Extraordinary itu gak bohong ketika yang lain bohong
Extraordinary itu gak mengeluh ketika yang lain mengeluh
Extraordinary itu gak marah ketika yang lain marah
Extraordinary itu gak malas ketika yang lain malas
Extraordinary itu gak cuek ketika yang lain cuek
Extraordinary itu gak pesimis ketika yang lain pesimis
Extraordinary itu gak menyerah ketika yang lain menyerah
Extraordinary itu gak mengumpat ketika yang lain mengumpat
Extraordinary itu gak korupsi ketika yang lain korupsi
Extraordinary itu gak bahagia ketika yang lain berduka
Extraordinary itu gak tertawa ketika yang lain menangis
Extraordinary itu gak berpangku tangan ketika yang lain butuh bantuan
Extraordinary itu menepati janji ketika yang lain mengingkari
Extraordinary itu punya mimpi ketika yang lain takut bermimpi
Extraordinary itu tulus ketika yang lain mengharap pamrih
Extraordinary itu terus mencoba ketika yang lain sudah berthenti
Extraordinary itu sederhana, dan siapa saja bisa jadi extraordinary. Bukan hanya para penemu, presiden, atau miss universe yang patut disemati kata 'extraordinary'. Orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap sesama dan melakukan yang terbaik dalam hidup sesuai dengan minat bakat dan kemampuan mereka, itu juga extraordinary.
Semangat baru, pemahaman baru. Fighting !!! (^.^)/....
Extraordinary. Kata itu bagi saya super, bisa melecutkan semangat saya untuk berbuat lebih, memasang target demi target, melihat langit yang selapis demi selapis lebih tinggi. Ah, ajaib deh pokoknya, mungkin karena kata itu sering diucapkan sama orang yang hebat banget, inspirator saya, guru besar bahasa arab di aliyah saya, Ibu Dyah, jadi ada 'kekuatan magisnya'.
"Jadi extraordinary itu sederhana. Gak pacaran disaat yang lain pacaran, gak nyontek disaat yang lain nyontek"
Di kepala saya tiba-tiba ada banyak kata tentang kesederhanaan extraordinary.
Extraordinary itu gak pacaran ketika yang lain pacaran
Extraordinary itu gak nyontek ketika yang lain nyontek
Extraordinary itu gak galau ketika yang lain galau
Extraordinary itu gak bohong ketika yang lain bohong
Extraordinary itu gak mengeluh ketika yang lain mengeluh
Extraordinary itu gak marah ketika yang lain marah
Extraordinary itu gak malas ketika yang lain malas
Extraordinary itu gak cuek ketika yang lain cuek
Extraordinary itu gak pesimis ketika yang lain pesimis
Extraordinary itu gak menyerah ketika yang lain menyerah
Extraordinary itu gak mengumpat ketika yang lain mengumpat
Extraordinary itu gak korupsi ketika yang lain korupsi
Extraordinary itu gak bahagia ketika yang lain berduka
Extraordinary itu gak tertawa ketika yang lain menangis
Extraordinary itu gak berpangku tangan ketika yang lain butuh bantuan
Extraordinary itu menepati janji ketika yang lain mengingkari
Extraordinary itu punya mimpi ketika yang lain takut bermimpi
Extraordinary itu tulus ketika yang lain mengharap pamrih
Extraordinary itu terus mencoba ketika yang lain sudah berthenti
Extraordinary itu sederhana, dan siapa saja bisa jadi extraordinary. Bukan hanya para penemu, presiden, atau miss universe yang patut disemati kata 'extraordinary'. Orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap sesama dan melakukan yang terbaik dalam hidup sesuai dengan minat bakat dan kemampuan mereka, itu juga extraordinary.
Semangat baru, pemahaman baru. Fighting !!! (^.^)/....
Jumat, 18 Oktober 2013
Anak SMP Itu...
Beberapa bulan yang lalu, saya berkesempatan menemani
anak SMP belajar. Rasanya, menyenangkan, tapi agak jengkel juga. Pasalnya,
kelas yang saya temani saat itu begitu riuh. Adik-adik usia 12-13 tahun itu
aktif sekali. Beberapa memperhatikan saya, namun beberapa lagi, tidak. Kendala
saya untuk menenangkan mereka adalah suara saya yang katanya seperti butiran debu.
Lembut. *sempet seneng sih dikatain gitu sama temen-temen* tapi dalam kondisi
tertentu, repot juga.
Daripada
saya teriak-teriak dan mereka nggak denger, mendingan saya diam. Beberapa
menit, dan adik-adik lucu itu sadar. Merekapun diam. Yay, saya merasa menang.
Salah seorang bertanya mengapa saya diam, sedangkan adik-adik yang duduk di
belakang saling senggol dan mengingatkan teman sebelahnya untuk diam. *Aigooo…
serasa balik ke jaman ituuuu, saya dulu pas SMP juga gitu*.
Baiklah,
saatnya membuat kesepakatan dengan mereka. “BOLEH BICARA, BOLEH MAINAN, BOLEH
JALAN-JALAN, ASALKAN TIDAK MENGGANGGU TEMANNYA. KALAU ADA TEMAN YANG TERGANGGU,
SEGERA TEGUR, DAN UNTUK YANG DITEGUR, MOHON SEGERA DUDUK TENANG. SALING
MENGHARGAI, KARENA KELAS INI KELAS KITA SEMUA.” Saya berkata dengan intonasi
yang saya tegaskan, semoga terdengar tegas dan tidak lucu. Tapi saat itu tidak
ada yang tertawa. Saya sepertinya berhasil, hihi.
Dan
penjelasanku terus mengalir, setidaknya mereka sudah lebih tenang, hanya satu
dua anak yang bicara sendiri, saya biarkan. Lebih banyak yang memperhatikan
saya. Setengah jam saya ceramah, yang pastinya membosankan, saya mengajak
mereka semua keluar kelas. Bermain telephone game, permainan sederhana, namun
tidak membosankan. Adik-adik itu antusias membisikkan kata-kata berbau materi
dari saya ke telinga teman-temannya. Satu dua ada yang curang, saya diamkan dan
teman mereka ada yang mengingatkan. Itu maksud saya, saya yakin diantara anak
sebanyak itu pasti ada yang memiliki sportivitas yang tinggi, dan saya
menemukan anak itu. Permainan berakhir
dengan tepuk tangan yang sangat riuh, dan tawa mereka yang sambung
menyambung. Bagaimana rasanya belajar hari ini? “MENYENANGKAN,ASIIIIK” kata
mereka. Satu anak nyeletuk menawarkan “Mbak, jadi guru disini aja, ngajar kita
terus.” Saya hanya tersenyum mengiyakan, aamiin… semoga suatu saat nanti ^.^...
My Strenght Typology
Rabu,
dua pekan yang lalu, dalam mata kuliah psikologi pendidikan, saya diberi tugas
untuk mencari tahu typology saya. Kami diharuskan mengunjungi temubakat.com
untuk menjalani test, mirip seperti kuisioner, dan memili yang ‘gue banget’,
atau ‘bukan gue banget’. Gampang-gampang susah sih, awalnya saya mempunyai
jawaban 12 ‘gue banget’ –padahal maksimal cuma 6, hehe—dan 1 jawaban ‘bukan gue banget’ –padahal minimal
3--. Karena jawaban saya yang tidak sesua peraturan itu, saya kembali harus
menjalani test, untuk yang kedua kalinya. *aih*
Deng
deng deng deng, saya mengerjakan test dengan benar di kali kedua ini. Sayapun
mendownload hasilnya. Ini dia…
Dari hasil test, dinyatakan bahwa potensi kekuatan
saya adalah :
1.
Creator : punya banyak ide, berfikiran jauh ke depan
atau strategis. *padahal nggak juga, hihi*
2.
Educator : suka melihat orang lain maju dan memajukan
orang lain dengan cara mengajar, melatih ketrampilan, melatih sesuai kekuatan
anak didk atau memberikan nasehat. *saya paling suka dinyatakan sebagai
educator ^.^*
3.
Motivator : suka memajukan orang lain dengan cara
memberikan semangat atau inspirasi. *I don’t think so, hehe*
4.
Server : orang yang suka melayani dan mendahulukan
orang lain. *padahal saya egis lho*
5.
Synthesizer : senang mengatur berbagai sumber daya,
punya ide strategis, atau juga terencana. *aduh, saya asal-asalan, tidak
terencana*
6.
Visionary : seseorang yang dapat melihat jauh ke
depan, baik secara intuisi maupun perasaan. *bisa jadi, hehe*
Saya sebenarnya tidak merasa seperti itu, ataukah saya
yang belum kenal diri saya secara sejati? Aduh bahasanya. Entahlah, yang
penting, saya suka dinyatakan sebagai educator. Yeee… (^.^)/
Dibalik potensi kelebihan pasti ada potensi kelemahan,
dan potensi kelemahan saya adalah :
1.
Analyst : seseorang yang bermain analisis, bermain
angka-angka dan data-data. *tepat sekali, sekarang saya lebih suka dengan
hal-hal yang abstrak, hohoho*
2.
Marketer : seseorang yang senang menonjolkan
kelebihan, mengkomunikasikannya, berpikiran strategis atau banyak ide. *ini
bukan saya*
3.
Quality Controller : memegang teguh aturan, penuh
tanggung jawab, berselera tinggi, teratur, dan teliti. *hihi, saya gak normal
dan ceroboh :P*
Dari hasil
yang demikian, saya bisa belajar untuk memilih pintu-pintu yang cocok dengan
saya, sehingga ketika saya keluar, saya tidak akan berada pada jalan yang
salah. Saya tetap ingin jadi penulis ; menuangkan ide saya dengan kata-kata
tertulis, kata-kata yang abadi. Juga saya tetap ingin jadi pengajar ; bertemu
dengan anak-anak bermata malaikat, berhati jujur, bersenyum tulus, berada di
tengah-tengah mereka yang menemani mereka belajar, menemani mereka melihat
dunia, bahkan menjadi saksi mereka dilihat oleh dunia. Demikian, semoga
bermanfaat… Semangaaaattt (^.^).
Langganan:
Postingan (Atom)