Dulu sekali, hujan pernah sederas ini
Hujan yang menahan kita sejenak dan sejenak lagi
Hingga tak ada tempat kering untuk pergi
Ia bersaksi, betapa semakin banyak kita berbincang, semakin
banyak beda yang tidak lagi tertutupi
Kau suka kopi, dan aku benci
Aku suka bunga matahari, dan kau menertawai
Kau suka segala yang bersih, aku iseng mengotori
Aku suka buku fiksi, dan kau bilang aku terlalu banyak mimpi
Kau suka bicara tentang keniscayaan, aku lebih bahagia
ketika membincangkan khayalan
Aku suka main ayunan, kau lebih memilih bangku taman
Kau idealis, aku melankolis
Aku suka makan donat yang manis dan tenang, kau lebih suka
kerupuk yang gurih dan ramai
Kau seorang aktivis, aku seorang akademis
Aku seorang pecinta senja, sedaangkan kau suka pagi
Kau suka huruf sambung-sambung, aku suka huruf pisah-pisah
Aku suka daun basah, kau mengusapnya supaya kering
Aku suka memeluk anak-anak, kau suka bertemu dengan orang
dewasa
Aku suka melow drama, kau lebih suka film aksi
Kau suka cemberut tiba-tiba, aku sering tertawa
terbahak-bahak begitu saja
Aku bicara banyak tentang bulu tangkis, kau justru membaca
berita bola
Kau banyak menonton monolog informasi yang mengedukasi, aku
kau larang menonton lucunya variety
Aku suka puisi panjang para penyair, kau suka teks pidato
berlembar para pemimpin negara
Ajaibnya, ada rasa bahagia yang sama-sama
Sederhana, hanya duduk bersama denga buku yang tidak sama
Bukumu buku tebalnya Azyumardi Azra, bukuku cerita cintanya
Afifah Afra
Sederhana, hanya bersama-sama bersitatap dengan layar laptop
kita
Aku menulis kisah penuh majas nan berima, kau menulis esai
mengandung fakta-fakta
Ajaibnya, ada waktu yang tak terasa
Semoga awet, dipanjangkan dan diberkahkan segala waktu
bersama
Lalu, aku bisa makan krupukmu dan kau kubagi donatku
Kau dengarkanlah aku berorasi kemudian kau harus
membacakanku berpuisi
Kutemani kau meminum kopi, dan kau beri aku bunga matahari
Ah...
Dulu sekali, hujan pernah sederas ini
Hujan yang menahan kita sejenak dan sejenak lagi
Hingga tak ada tempat kering untuk pergi
Ia bersaksi, betapa semakin banyak kita berbincang, semakin
banyak beda yang tidak lagi tertutupi