Let us find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart ~

Kamis, 12 Februari 2015

Teruntuk Ibuku Terkasih

Dan pagi ini, aku tercekat membaca pesan singkat yang Ibu kirim. "......Maafke Ibu ya Nduk....." Ah, Ibuku memang selalu begitu. Seorang Ibu yang tak pernah merasa cukup baik padahal kebaikannya luar biasa. Ibu yang selalu ingin melakukan banyak hal untuk putra putrinya, dan seringkali merasa bersalah ketika ia merasa tak mampu melakukan sesuatu.

Ibuku terkasih, dengarkan putrimu ini berkisah..

Dulu, ada seorang wanita yang selalu mengepang rambutku setiap pagi. Membelikanku pita warna warni bermeter-meter, lalu menalikannya di rambutku, sesuai permintaanku.
Lalu, ada pula seorang wanita yang membelikanku banyak buku, pensil warna, spidol, kertas origami. Mengajariku untuk mewarnai yang tidak melewati garis dan kemudian menempelkannya di dinding dapur saat kau membuatkanku sup untuk makan siang.
Kemudian, ada seorang wanita yang tidak pernah lelah menjawab anak gadisnya tentang banyak hal, dengan pertanyaan yang tak pernah berhenti. Menjawab dengan sabar, menjelaskan dengan gamblang, dan menyisipkan nilai-nilai kebaikan.
Ada seorang wanita yang setiap shalat mendoakanku, mengirimiku bahagia, kekuatan, keteguhan, serta ketekunan untuk menjalani hidup yang tidak selamanya semudah membalikkan tangan yang bertelapak

Ibuku terkasih, ketika aku mulai dewasa dan semakin mengerti keadaanku, aku ingin mengatakan ini

Selalu ada seorang wanita yang gigih berjuang demi anak-anaknya
Selalu bangun lebih pagi dan memastikan kami akan ke sekolah dengan perut kenyang
Selalu tidur lebih larut dan memastikan kami telah terlelap dalam keadaan hangat
Selalu ada wanita yang khawatir kami sakit dan lelah

Ibuku terkasih, ketika kini aku sudah dewasa dan benar-benar mengerti keadaanku, izinkan aku tidak melewatkan kalimat ini

Bahwa selalu ada wanita yang mengajariku tetap bertahan dalam keadaan yang sesulit apapun
Mengajariku sebuah penerimaan yang utuh dan kesetiaan yang penuh
Memberi pengertian tentang kasih dan sayang yang tak berpamrih
Aku tak bisa mengibaratkanmu dengan apapun juga yang ada di dunia ini, Ibu
Bagiku, kau lebih

Ibuku terkasih, aku bukan lagi anakmu yang mungil
Yang anteng di depan majalah bekas atau koran bungkus tempe
Yang masuk angin ketika seminggu berangkat sekolah jalan kaki
Yang minta jalan-jalan setiap kali bulan Agustus

Ibuku terkasih, aku kini sudah menjadi putrimu yang dewasa
Aku tumbuh menjadi seorang gadis yang punya banyak asa
Hingga seringkali kudapati Engkau menagis sembunyi-sembunyi karena melarangku ini itu
Aku tahu maksudmu, Ibu
Aku tahu kau melakukannya karena kau menyayangiku

Aku tumbuh menjadi seorang gadis yang kerap kali ingin melakukan banyak hal
Yang kau tidak berkenan tapi kau tetap tersenyum dan mengiyakan
Terimakasih Ibu, kau tahu setiap jengkal perjuanganku adalah demi dirimu

Ibuku terkasih, doamu, restumu, semuanya adalah senjata untuk kehidupanku hingga kini...
Harusnya aku yang minta maaf, bukan Engkau yang mencintaiku dengan sempurna
Maaf karena aku terlalu merepotkan
Maaf karena aku memiliki terlalu banyak keinginan
Maaf karena aku tak bisa memberikan banyak waktu untukmu
Maaf karena aku tak mampu banyak membantu urusanmu

Maaf, aku hanya bisa berbisik kepada bumi di setiap sujud yang ku jaga siang malam, menyebut namamu dengan balutan cinta yang tak sesempurna cintamu padaku, memohonkan kebaikan, keberkahana, cinta kasih, dan surga untukmu. Aku yakin bisikanku melambung tinggi melangit, karena aku menyampaikannya dengan bahasa lisan dan hati, 2 bahasa yang Allaah mengerti dengan pasti.

Ibuku terkasih, Aku mencintaimu karena Allaah, sangat mencintaimu karena Allaah :')

*putrimu
yang tidak bisa diam dan merepotkan, seorang bayi mungil yang kau beri nama Suci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar