Let us find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart ~

Jumat, 18 Oktober 2013

Anak SMP Itu...



Beberapa bulan yang lalu, saya berkesempatan menemani anak SMP belajar. Rasanya, menyenangkan, tapi agak jengkel juga. Pasalnya, kelas yang saya temani saat itu begitu riuh. Adik-adik usia 12-13 tahun itu aktif sekali. Beberapa memperhatikan saya, namun beberapa lagi, tidak. Kendala saya untuk menenangkan mereka adalah suara saya yang katanya seperti butiran debu. Lembut. *sempet seneng sih dikatain gitu sama temen-temen* tapi dalam kondisi tertentu, repot juga.
            Daripada saya teriak-teriak dan mereka nggak denger, mendingan saya diam. Beberapa menit, dan adik-adik lucu itu sadar. Merekapun diam. Yay, saya merasa menang. Salah seorang bertanya mengapa saya diam, sedangkan adik-adik yang duduk di belakang saling senggol dan mengingatkan teman sebelahnya untuk diam. *Aigooo… serasa balik ke jaman ituuuu, saya dulu pas SMP juga gitu*.
            Baiklah, saatnya membuat kesepakatan dengan mereka. “BOLEH BICARA, BOLEH MAINAN, BOLEH JALAN-JALAN, ASALKAN TIDAK MENGGANGGU TEMANNYA. KALAU ADA TEMAN YANG TERGANGGU, SEGERA TEGUR, DAN UNTUK YANG DITEGUR, MOHON SEGERA DUDUK TENANG. SALING MENGHARGAI, KARENA KELAS INI KELAS KITA SEMUA.” Saya berkata dengan intonasi yang saya tegaskan, semoga terdengar tegas dan tidak lucu. Tapi saat itu tidak ada yang tertawa. Saya sepertinya berhasil, hihi.
            Dan penjelasanku terus mengalir, setidaknya mereka sudah lebih tenang, hanya satu dua anak yang bicara sendiri, saya biarkan. Lebih banyak yang memperhatikan saya. Setengah jam saya ceramah, yang pastinya membosankan, saya mengajak mereka semua keluar kelas. Bermain telephone game, permainan sederhana, namun tidak membosankan. Adik-adik itu antusias membisikkan kata-kata berbau materi dari saya ke telinga teman-temannya. Satu dua ada yang curang, saya diamkan dan teman mereka ada yang mengingatkan. Itu maksud saya, saya yakin diantara anak sebanyak itu pasti ada yang memiliki sportivitas yang tinggi, dan saya menemukan anak itu. Permainan berakhir  dengan tepuk tangan yang sangat riuh, dan tawa mereka yang sambung menyambung. Bagaimana rasanya belajar hari ini? “MENYENANGKAN,ASIIIIK” kata mereka. Satu anak nyeletuk menawarkan “Mbak, jadi guru disini aja, ngajar kita terus.” Saya hanya tersenyum mengiyakan, aamiin… semoga suatu saat nanti ^.^...

My Strenght Typology



            Rabu, dua pekan yang lalu, dalam mata kuliah psikologi pendidikan, saya diberi tugas untuk mencari tahu typology saya. Kami diharuskan mengunjungi temubakat.com untuk menjalani test, mirip seperti kuisioner, dan memili yang ‘gue banget’, atau ‘bukan gue banget’. Gampang-gampang susah sih, awalnya saya mempunyai jawaban 12 ‘gue banget’ –padahal maksimal cuma 6, hehe—dan  1 jawaban ‘bukan gue banget’ –padahal minimal 3--. Karena jawaban saya yang tidak sesua peraturan itu, saya kembali harus menjalani test, untuk yang kedua kalinya. *aih*
            Deng deng deng deng, saya mengerjakan test dengan benar di kali kedua ini. Sayapun mendownload hasilnya. Ini dia…

cats.jpg
Dari hasil test, dinyatakan bahwa potensi kekuatan saya adalah :
1.      Creator : punya banyak ide, berfikiran jauh ke depan atau strategis. *padahal nggak juga, hihi*
2.      Educator : suka melihat orang lain maju dan memajukan orang lain dengan cara mengajar, melatih ketrampilan, melatih sesuai kekuatan anak didk atau memberikan nasehat. *saya paling suka dinyatakan sebagai educator ^.^*
3.      Motivator : suka memajukan orang lain dengan cara memberikan semangat atau inspirasi. *I don’t think so, hehe*
4.      Server : orang yang suka melayani dan mendahulukan orang lain. *padahal saya egis lho*
5.      Synthesizer : senang mengatur berbagai sumber daya, punya ide strategis, atau juga terencana. *aduh, saya asal-asalan, tidak terencana*
6.      Visionary : seseorang yang dapat melihat jauh ke depan, baik secara intuisi maupun perasaan. *bisa jadi, hehe*
Saya sebenarnya tidak merasa seperti itu, ataukah saya yang belum kenal diri saya secara sejati? Aduh bahasanya. Entahlah, yang penting, saya suka dinyatakan sebagai educator. Yeee… (^.^)/
Dibalik potensi kelebihan pasti ada potensi kelemahan, dan potensi kelemahan saya adalah :
1.      Analyst : seseorang yang bermain analisis, bermain angka-angka dan data-data. *tepat sekali, sekarang saya lebih suka dengan hal-hal yang abstrak, hohoho*
2.      Marketer : seseorang yang senang menonjolkan kelebihan, mengkomunikasikannya, berpikiran strategis atau banyak ide. *ini bukan saya*
3.      Quality Controller : memegang teguh aturan, penuh tanggung jawab, berselera tinggi, teratur, dan teliti. *hihi, saya gak normal dan ceroboh :P*
Dari hasil yang demikian, saya bisa belajar untuk memilih pintu-pintu yang cocok dengan saya, sehingga ketika saya keluar, saya tidak akan berada pada jalan yang salah. Saya tetap ingin jadi penulis ; menuangkan ide saya dengan kata-kata tertulis, kata-kata yang abadi. Juga saya tetap ingin jadi pengajar ; bertemu dengan anak-anak bermata malaikat, berhati jujur, bersenyum tulus, berada di tengah-tengah mereka yang menemani mereka belajar, menemani mereka melihat dunia, bahkan menjadi saksi mereka dilihat oleh dunia. Demikian, semoga bermanfaat… Semangaaaattt (^.^).