Hari ini ada sebagian guru yang mengajar 2 hingga 3 kelas
sekaligus, karena terbatasnya jumlah guru
Hari ini ada sebagian guru merebus singkong dan pisang dari kebun untuk sarapan murid muridnya
Hari ini ada sebagian guru yang mencarikan air bersih untuk minum murid muridnya
Hari ini ada sebagian lagi yang berdemo menuntut hak tunjangan dan gajinya dipenuhi
Hari ini ada sebagian guru yang tidak mengajar karena melanjutkan studinya
Hari ini ada sebagian guru yang memperoleh penghargaan, sebagai guru terfavorite dan berjasa di sekolah
Hari ini ada sebagian guru merebus singkong dan pisang dari kebun untuk sarapan murid muridnya
Hari ini ada sebagian guru yang mencarikan air bersih untuk minum murid muridnya
Hari ini ada sebagian lagi yang berdemo menuntut hak tunjangan dan gajinya dipenuhi
Hari ini ada sebagian guru yang tidak mengajar karena melanjutkan studinya
Hari ini ada sebagian guru yang memperoleh penghargaan, sebagai guru terfavorite dan berjasa di sekolah
*Sebait
puisi yang ditulis oleh inspirator saya, Ibu Ameliasari Tauresia Kesuma.
Saya berkeinginan menjadi
seorang guru. Ya, saya ingin. Ketika tiba-tiba saya ditanya lebih memilih
menjadi guru atau dosen, saya memilih menjadi guru saja. Sekarang saya memang
belum benar-benar menjadi guru, hanya les privat dengan 3 anak dan 3 mata
pelajaran yang berbeda. 1 anak kelas VIII SMP, 2 anak kelas 3 SD. Tapi, apa
salahnya bermimpi.
Ketika saya memilih menjadi
seorang guru saja, teman-teman agak kaget. Di dahi mereka ada tulisan besar “KENAPA?”
Sebagai seorang guru, saya rasa saya lebih punya banyak kesempatan untuk
belajar, dan berbuat banyak bagi orang lain. Seperti dalam penggalan puisi
diatas, banyak hal yang bisa dilakukan untuk anak-anak, menjadi seseorang yang
berguna bagi orang lain, mencintai dan dicintai oleh mereka, melihat semangat
dan kejujuran mereka.
Saya selalu senang membiarkan
anak-anak mengerjakan apa yang dilarang orangtuanya dirumah. Dulu waktu kelas
lima SD, orangtua teman sekaligus tetangga saya marah ke Ibu saya gara-gara
saya mengajak anaknya masak kripik singkong pakai kompor sekam. Ceritanya di
sekolah, saya habis diajari buat kompor dengan bahan bakar sekam. Cuma pakai
toples yang terbuat dari semacam alumunium atau besi, biasanya disebut *blek,
dua bilah bambu yang ditegakluruskan, dan sekam yang dpadatkan. Seru pokoknya.
Saya dan teman saya mainan masak dengan kompor buatan kami sendiri, mengiris
singkong dengan tangan kami sendiri, dan menggorengnya dengan wajan yang kami ‘curi’
dari dapur saya.
Lagi, gara-gara majalah
kulinernya ibunya teman dan tetangga saya yang itu, kami nyolong blendernya dia
dan kami buat eskrim tempe. Bahannya seingat saya tempe, es batu yang banyak,
susu kental manis, sama minuman bubuk berperisa. Semuanya diblender jadi satu,
lupa berapa perbandingan antara bahan satu dengan bahan lainnya, terus rasanya….gak
karuan. Enak aja deh, dulu kayaknya habis kita makan tuh es krim. Hehehe. Kami
membuat itu dirumah saya, repotnya mulai ketika mau ngembaliin blender ke rumah
teman saya. Pas blender diambil, kan rumah dia kosong, nah pas mau ngembaliin,
Ibunya udah ada dirumah. Akhirnya, saya dan temen saya bertugas mengalihkan
perhatian Ibu temanku yang biasa saya panggil Budhe, dan adik saya masuk ke
dapur tetangga dan ngembaliin blender. Hehehe. Mengingat cerita ini, saya jadi maklum
kalau temen-temen saya bilang saya ‘gila’. Ya, saya sudah ‘gila’ dari kecil.
Hehehe
Kembali ke keinginan saya
menjadi guru. Saya ingin jadi guru tulen, bukan guru kurikulum. Saya ingin
mengajak anak-anak seusia saya sepuluh tahun yang lalu untuk belajar tanpa
tersekati dinding kelas dan bangku kayu. Saya ingin melibatkan orangtua mereka
untuk belajar bersama anakn-anaknya, bahwa mendidik anak bukan hanya tugas dari
guru, tapi tetap tugas utama bagi orangtua. Saya ingin anak-anak dan orangtua
punya pengalaman yang terkenang sepanjang hidup mengenai pendidikan. Semisal,
bersama-sama membuat prakarya anak-orangtua, eksperimen di dapur bersama,
pokoknya yang unforgettable deh. Soalnya dulu saya tidak dapat hal-hal kayak gitu
waktu kecil, untungnya ada Mbah kakung yang sering mengajak saya praktek
bercocok tanam di sawah dan mbah putri yang mengajak saya tadabbur alam di ladang.
Allaahurabbii.. saya pengen jadi
guruuuu (^.^)//…