Let us find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart ~

Senin, 06 Maret 2017

Aku Terlalu Lelah Menulis: Sebuah Puisi Bukan untuk Siapa-siapa

[Puisi ini ditulis oleh seorang wanita muda yang terlalu bosan menangis, tapi belum juga bisa berhenti menangis. Terlalu akrab dengan sepi. Terlalu banyak ‘merasa’ meski sudah berusaha lebih banyak ‘berpikir’, kemudian melupakan.Tapi susah *halah :p]

Aku terlalu lelah menulis
Aku hanya ingin bercerita kepadamu tentang seorang
 anak kecil bermata bening dan bulat yang menciumku berkali-kali lalu memelukku
dari belakang. Ia naik ke punggungku dan aku keberatan. Aku
sangat bahagia kala itu. Kupeluk ia lebih erat daripada ia memelukku, kucubit
pipinya yang kenyal dan kuelus matanya yang besar. Aku bahagia
sekali. Sayangnya, ketika aku ingin menciumnya, ia keburu lari main robot
dan  lego bersama teman-temannya.
Aku terlalu lelah menulis
Aku hanya ingin berteman denganmu beramah
tamah lebih lama. Memberitahumu bahwa ada senja
di barat sana yang harus kita lihat bersama. Sambil
minum teh hangat dan menonton film komedi. Tertawa
sampai maghrib kemudian aku pulang. Nanti, di flashdiskmu, aku akan
kasih film lain yang harus kau tonton malamnya dan kau ceritakan
kepadaku besoknya.
Aku terlalu lelah menulis
Aku sudah sering melakukannya. Bahkan
 sebelum aku mengenalmu. Aku melakukannya
 dari aku masih SD. Jauh sebelum aku mengenal orang-orang
yang akhirnya aku ceritakan dalam tulisan-tulisanku. Aku
sudah melakukannya.
Aku terlalu lelah menulis
Udara terlalu dingin dan purnama yang hangat
terlalu jauh, di langit. Di sini, di tempat aku menulis, dingin
yang jahat menyelinap di balik selimut dan mendinginkan kakiku
yang telanjang. Sekali lagi, purnama yang hangat terlalu
 jauh. Dan aku bukan bintang, atau langit,
atau udara di sekitarnya yang bisa dengan nyaman
dipeluk olehnya.
Aku terlalu lelah menulis
Jariku sudah sangat hafal dengan huruf-huruf dan ia
membutuhkan lebih dari sekadar huruf
untuk dihafalkannya pula. Mungkin jemarimu. Ah, tidak. Kau terlalu sibuk.
Aku terlalu lelah menulis
Bahkan sekalipun aku menulis seribu lembar sekali duduk, aku tidak yakin
kau akan membacanya sampai selembar. Atau
sama sekali. Padahal banyak orang berkata
mereka merasakan emosiku tapi kamu tidak. Tidak akan.
Aku terlalu lelah menulis
Kertas dan pena atau apapun itu sudah tidak lagi sakti
untukku. Apa kau lupa, atau kau sepertinya tidak tahu kalau aku
adalah penikmat sunyi paling sakti. Aku menikmati sunyi yang ditawarkan oleh kertas kertas itu. Yang selalu diam, sebanyak
apapun aku menulis. Semakin banyak menulis,
semakin aku sadar bahwa mereka selalu sunyi. Selalu.
Aku terlalu lelah menulis
Aku terlalu lelah memberi tahu tanpa ada yang benar-benar tahu.
Aku terlalu lelah bertanya dan tidak ada satupun jawaban yang kudengar
Aku terlalu lelah merasa sesak dan berpura-pura bahagia.
Aku terlalu lelah menulis
Aku ingin membaca apa yang kau tulis.
Aku ingin istirahat dari sunyi yang memuakkan.
Aku terlalu lelah menulis.
A k u t e r l a l u l e l a h m e n u l i s
Bahkan kau tidak akan membacanya. Bahkan kau tidak akan
mengetahuinya. Bahkan kau tidak akan
memahaminya. Bahkan kau tidak akan memedulikannya. Selama ini begitu.
Aku terlalu lelah menulis
Hanya keinginan sederhana. Kau dengarkan ceritaku,
dan kau letakkan gadgetmu sejenak ketika ada aku. Toh, aku juga tidak seharian penuh disampingmu.
Aku terlalu lelah menulis
Menulis membuatku kesakitan mengingatmu 
dan orang-orang yang tidak aku kenal tapi berani mencuri waktuku
ketika aku disampingmu. Yang kau perhatikan perasaannya sementara
perasaanku patah.
Ah sudahlahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.
Aku terlalu lelah menulis
KAU YANG MENYEBABKANNYA. JADI, JANGAN MINTA AKU MENULIS LAGI!

Aku terlalu lelah menulis.