Let us find the way, close our eyes, listen closely, and attend with our heart ~

Senin, 15 September 2014

Teruntuk Seseorang yang Merindukan Catatanku

Semoga ini yang ingin kau baca..

Berawal dari sebuah rasa nyaman, tenteram, tenang. Bak langit bersih tanpa arakan awan, jua bagai air sungai yang riaknya tiada. Entah, mungkin ini adalah cara Allaah memberi bukti atas firmanNya yang tanpa dusta, ...supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikanNya kasih sayang diantara kamu... Ar-Ruum : 21

Dan entah tepatnya kapan, sebuah rasa itu berubah, menjadi rasa butuh. Butuh untuk sekadar duduk disampingmu, butuh untuk saling membagi cerita, butuh untuk saling berbagi kasih. 

Lagi, rasa rindu mengusik sekeping hati. Entah, mengapa ia begitu berani. Tapi aku mulai menerimanya. Dan rinduku berubah menjadi kata demi kata, terangkai, dan engkaulah yang menjadi sebabnya. Seseorang yang dikirim Allaah untuk membaikkan segalanya. Ah, betapa bersyukurnya...

Doa-doaku yang melangit akhirnya melagukan namamu, meminta tangan Allaah merangkaikan kisah yang indah, kisah yang penuh bahagia, hanya denganmu. Hanya di sisimu. Bukan yang lain. Aku berdoa dengan kesadaran penuh dan kesungguhan hati. Aku berusaha sebaik mungkin supaya Allaah mengabulkan semuanya. Dan aku percaya kau juga.

Di sisimu, sebuah kebahagiaan yang tidak mungkin tidak aku syukuri. Semoga dilanggengkan. 

Mas, untuk yang kesekian kali aku memberi dalih kepada waktu untuk mengindahkan semuanya. Nanti. Dan sampai saat dimana 'nanti' itu benar-benar terjadi, aku menitipkan semua rasaku kepada Allaah, mengamplopi doa-doa kebaikan untuk kita dan aku kirimkan kepada Ia yang Maha Membahagiakan, berusaha melengkapimu sebisaku, menjadi seseorang yang baik, yang telah kau pilih untuk kau kasihi, dan mencoba sebaik mungkin mengasihimu. 

Semoga ini yang benar-benar ingin kau baca :)

Fs. Nurani
Kab. Semarang
16/9/2014
9.20 a.m.

Senin, 08 September 2014

Pondok tempat Aku Menempa Diri (Kini)

Adalah sebuah kesyukuran, ketika Allaah menempatkan saya dan teman-teman penerima bidik misi di Pondok yang kini kami tempati. Awalnya, keluh dan kesah dari kami bagaikan kebiasaan menjelang kepindahan kami. Pagi, siang, sore, malam. Tatap nanar kami terarah pada lemari dan ruang kamar yang telah kami tempati selama dua tahun. Asrama Putri Kampus yang jaraknya tidak seberapa jauh dari kampus kami.
Untuk saya pribadi, mondok atau nyantri barulah pertama kali ini seumur hidup. Sebenarnya keinginan itu sudah ada semenjak saya lulus madrasah ibtidaiyah. Tapi, restu orang tua belum diberika kepada saya. Beberapa minggu yang lalu, saya akhirnya pindah. Move on, dari tempat yang baik menuju tempat yang lebih baik.
Yang saya dapat di Asrama Putri dulu adalah : ngaji kitab Manba'u As-Sa'adah, ngaji Al-Qur'an sama Ustadzah Annur, belajar bahasa arab inggris sama Pak Ali, Pak Yahya, Pak Samingan, kitab sama Pak Misbah, pernah jadi pengganti ngajarin muthalaah pas dosennya kosong, pernah juga ngajar bahasa inggris soalnya asistennya gak ada semua. Alhamdulillaah :)
Dan sekarang, baru seminggu lebih beberapa hari disini, saya bisa : shalat jamaah lebih sering, ngaji Qur'an dengan makharijul huruf dan tajwid yang benar, kajian setiap habis magrib dengan kitab yang bermacam-macam, kalau tidak salah 7-8 kitab, *atau 6 kitab ya?* kalau jalan-jalan sore-sore langitnya luar biasa indah, ziarah kubur setiap kamis sore, bersosialisasi dengan masyarakat, baca buku di perpustakaan, air yang melimpah dan dinginnya menusuk tulang, menyegarkan. Alhamdulillaah :)
***
Kepindahan saya dan teman-teman ialah berkah. Menuju ke tempat yang lebih baik, menempa diri menjadi yang lebih baik pula. Pondokku yang sekarang tidak bersekat. Masyarakat ramah terhadap kami. Mbak-mbak pondok *pengurus* selalu berpesan bahwa dalam bersosialisasi, kami harus menerapkan salam, sapa, dan santun, sehingga keharmonisan antara masyarakat dan santri terus terjalin.
Yang membuat saya betah disini ialah, seperti yang sudah saya bilang bahwa pemandangan dari pondok ke kampus, atau dari kampus ke pondok itu indah sekali.
Perbukitan berdiri  kokoh di depan mata, langit biru jadi payung yang melengkapi keelokannya, udara pedesaan yang dingin, kalau buka pintu kamar, serasa ada kipas angin yang berputar kencang.
Kalau senja, saat matahari bergegas pulang ke peraduan, ia seperti melewati perbukitan. Langitnya warna-warni, elok sekali. Subhanallaah.
Kami juga diberi kesempatan untuk tetap menjalankan aktivitas kami, baik sebagai mahasiswa dengan jadwal kuliah kami setiap harinya, tapi juga diberi kesempatan untuk menjalankan tugas kami di organisasi yang kami ikuti.
***
Dan walau belumgenap sebulan ada disini, alhamdulillaah tempat ini dan segala yang ada disini, terutama pemandangan di sepanjang jalan saat kembali pulang, selalu menjadi alasan kuat untuk saya rindu dan kembali pulang kesini, ke Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Tuntang, Kab. Semarang. *Alhamdulillaah :)

Jumat, 05 September 2014

Biarkan Rasa


Seperti halnya gletser, yang akan meleleh hanya dengan sengatan mentari yang bermil-mil jauhnya
Kubiarkan rasa yang menembus ruang dan waktu ini meluruh semaunya dia akan meluruhkan dirinya
Seharusnya dari awal, sangat awal sebelum semuanya terlanjur, aku tidak membiarkannya
Imajinasi yang berkembang menjadi harapan, dan harapan yang menjelma menjadi impian, namun semu
Sekali pungguk tetap saja pungguk, yang hanya mampu merindukan bulan, hanya merindukan, tidak lebih
Aku meliuk-liukkan pikiranku jauh, memberadakan dirimu yang bahkan tidak dapat disampingku
Sepertinya, aku berubah menjadi orang lain, menjadi sosokku yang bukan lagi aku
Tak kutemukan lagi pulpen dan lembaran kertas yang menyaksikan tawa kehidupanku
Aku merapuh, aku melayu, sedih sendu merayu melapukkanku
Padahal kerentaan usiaku takkan menuakan rasaku
Namun, bertubi-tubi kau mengkroposkan rasa yang sudah kupupuk banyak
Oh... sekarang hanya sedikit yang mengerak disini, dan justru membuatku bingung
Ku kehilangan apa yang biasanya ada disini, namun kurasa ini yang kuinginkan
Dibandingkan luka dan dera dusta yang kau tujukan ke arahku menyayat beribu sembilu
Dengan luka yang bahkan sudah menginfeksi jiwaku, aku tetap mencoba menjadikanmu yang terbaik
Namun, luka yang kucoba abaikan ini tiba-tiba saja mengkronis, merembet ke ragaku, sedikit demi sedikit menggerogoti, sakiiit
Masih kusanggup-sanggupkan mempertahankan yang sudah tertahan beberapa tahun ini, dan aku berhasil beberapa saat, mungkin untuk beberapa saat mendatang aku masih sanggup meski aku atk yakin

Tapi entahlah, aku tak akan lagi mengolah rasa ini lagi, semuanya kubiarkan teronggok, dan terolah semaunya sendiri, dengan tangan yang Maha Mengolah Perasaan...

*ini saya tulis 14 Januari 2013
Entah apa yang saya rasakan saat menulisnya, Alhamdulillaahnya sekarang, ketika saya membacanya lagi, rasanya sudah tidak seperih dulu. :) Saya sudah sembuh ^^